Beranda | Artikel
Rasa Cemburu Yang Terpuji dan Tercela
Jumat, 2 Maret 2018

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الكَرِيْمِ الرَحْمَنِ، خَلَقَ الإِنْسَانَ عَلَّمَهُ البَيَانَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ عَظِيْمِ المَنِّ وَالجُوْدِ وَالإِحْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ دَعَا إِلَى طَاعَةِ اللهِ وَحَذَّرَ مِنَ العِصْيَانِ؛ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَوَلِي النَجَابَةِ وَالهُدَى وَالإِيْمَانِ.

ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ:

اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .

Ibadallah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Jadikanlah takwa sebagai perhiasan kehidupan Anda. Takwa adalah sebaik-baik bekal menuju perjalanan yang panjang. Yaitu perjalanan hidup setelah kematian.

Ayyuhal mukminun,

Orang yang mulia adalah mereka yang memiliki tekad yang kuat. Memiliki kecemburuan, semangat, dan gairah untuk kebaikan terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling memiliki semangat dan gairah agar orang lain mendapat kebaikan. Dan cemburu kalau orang lain melanggar perintah Allah.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, terdapat sebuah hadits bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari Saad bin Ubadah yang mengatakan,

لَوْ رَأَيْتُ رَجُلًا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ فَوَاللهِ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللَّهِ حَرَّمَ الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ»

“Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan istriku, maka pastilah aku akan pukul dia dengan pedang, tanpa memukulnya dengan yang tumpul (tapi dengan bagian yang tajam).” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Apakah kalian merasa heran karena kecemburuan Saad? Demi Allah, aku benar-benar lebih cemburu dari dia. Dan Allah, lebih cemburu dari aku. Karena kecemburuan Allah, Dia mengharamkan segala yang keji, yang nampak maupun yang tersembunyi.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang paling pencemburu dibanding orang-orang beriman. Dan sifat seorang mukmin itu pencemburu. Allah mencitai orang-orang yang memiliki sifat pencemburu. Ia cemburu kalau ada orang berbuat maksiat. Cemburu mengapa orang tersebut lebih mendahulukan nafsunya dibanding menaati Allah. Cemburu juga terhadap anggota keluarganya. Apabila seseorang, khususnya laki-laki, tidak memiliki sifat cemburu, ia akan menjadi seorang dayuts. Seseorang yang membiarkan kemungkaran terjadi di rumahnya. Sementara terdapat sebuah hadits:

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ دَيُّوثٌ»

“Dayyuts tidak akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud ath-Thayalisi dan Ibnu Khuzaimah).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ يُغَارُ وَغِيْرَةُ اللهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللهُ.

“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah itu muncul manakala seorang mukmin mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah.” (HR. Al-Bukhari).

Dalam hadits Asma radhiallahu ‘anha, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا شيء أغير من الله

“Tidak ada yang lebih pencemburu dibanding Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Juga dalam Shahihain, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا أحد أغير من الله ، فلذلك حرم الفواحش ما ظهر منها وما بطن

“Tida ada yang lebih pencemburu dibanding Allah. Karena itulah, ia mengharamkan perbuatan keji yang zahir dan yang batin.”

Dan orang yang paling pencemburu setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para sahabat radhiallahu ‘anhum. Perhatikanlah Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,

بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ، فَإِذَا امْرَأَةٌ تَتَوَضَّأُ إِلَى جَانِبِ قَصْرٍ، فَقُلْتُ: لِمَنْ هَذَا؟ قَالُوا هَذَا لِعُمَرَ فَذَكَرْتُ غَيْرَتَكَ فَوَلَّيْتُ.

“Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi berada di Surga, tiba-tiba ada seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, lalu kutanyakan, ‘Untuk siapa istana ini?’ Dia menjawab, ‘Ini untuk Umar.’ Kemudian aku teringat pada kecemburuannya, lantas aku berbalik pergi.”

Mendengar ucapan tersebut, Umar menangis. Ia berkata,

أعليك أغار يا رسول الله

“Apakah pantas aku cemburu kepadamu wahai Rasulullah.”

Ibadallah,

Apabila rasa cemburu telah hilang, hati akan mati dan agama pada diri seseorang akan melemah bahkan sirna. Di antara bentuk hilang atau lemahnya rasa cemburu adalah campur baurnya laki-laki dan wanita. Kemudian meremehkan hal ini. Contoh lainnya adalah hilangnya rasa malu. Seorang perempuan keluar rumah kapanpun yang ia kehendaki. Memakai pakaian apapun yang dia suka. Berbicara dengan siapapun yang dia inginkan.

Contoh lain adalah dalam pemanfaatan internet. Menggunakannya untuk sesuatu yang dilarang agama. Berlebih-lebihan dalam bersosial media. Tanpa aturan dan memperhatikan rambu-rambunya. Dan wali mereka tidak memperhatikan anak-anak dalam hal ini.

Contoh lainnya adalah seseorang melakukan perbuatan dosa secara terang-terangan. Bahkan berbangga dengannya. Seperti membuka jilbab dan menampakkan aurat tanpa rasa malu dan bersalah. Menggunakan pakaian-pakaian yang ketat dan sempit. Pakaian-pakaian yang mengundang fitnah. Sedangkan para wali tidak mengambil tindakan apapun. Hanya diam melihat kemungkaran ini.

Ibadallah,

Lemahnya rasa cemburu disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya:

Pertama: lemah iman. Saat iman seseorang kuat, kuat pula rasa cemburunya. Apabila iman lemah, maka lemah pula rasa cemburunya. Bahkan bisa jadi hilang.

Kedua: Jauhnya dari bimbingan adab-adab Islam. Islam datang dengan akhlak yang mulia. Dan melarang akhlak yang hina dan rendah.

Ketiga: Over dosis dalam menggunakan sosial media. Siapa yang sering bersosial media, dia akan melihat banyak hal. Ia akan melihat hal-hal yang dilarang syariat. Kemudian ia menjadi biasa dengan perkara tersebut.

Keempat: Teman yang buruk. Setiap teman akan berperangaruh bagi temannya.

Kelima: Bergaul dengan orang-orang non Islam, fasik, ateis, dan orang-orang yang rusak akhlaknya. Kita lihat sekarang, sebagian kaum muslimin bertaklid kepada mereka dalam gaya hidup mereka. Mengapa ini bisa terjadi? Karena pergaulan mereka yang salah.

Keenam: Perang pemikiran dengan berbagai macam bentuknya.

Ketujuh: Cinta dunia dengan segala perhiasannya yang fana.

Kedelapan: Melakukan perbuatan dosa. Di antara dampak dosa adalah memadamkan cahaya cemburu. Semakin seseorang banyak dan intens dalam berbuat dosa, semakin hilang rasa cemburu di hatinya. Rasa tersebut akan sangat lemah. Sampai-sampai ia tidak menganggap buruk perbuatan buruk. Baik yang ia lakukan ataupun yang orang lain lakukan. Apabila sudah sampai keadaan demikian, ia telah memasuki pintu kebinasaan.

Ibadallah,

Inilah di antara sebab yang dapat menyebabkan rasaca cemburu itu hilang. Sebenarnya masih banyak sebab-sebab yang lain. Ketika kita telah mengetahui sebab-sebab tersebut, yang harus kita lakukan adalah menjauhinya. Memohon kepada Allah pertolongan dan keteguhan. Berdiri tegak di atas kebenaran dan kebaikan. Ingatlah! Kita semua adalah pemimpin yang akan dimintai tanggung jawab terhadap apa yang kita pimpin.

Seseorang harus bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya dan seruan setan. Ia harus melakukan amar makruf nahi mungkar sekalipun terhadap dirinya. Kemudian mengarahkan dirinya kepada kebaikan. Kemudian bersabar di atas jalan tersebut dan berharap pahala di sisi Allah. Dan bagi orang tua, hendaknya menjauhkan anak-anak mereka dari sebab-sebab kerusakan. Serta bersemangat menempuh jalan yang dapat mengantarkan kepada kebaikan dan perbaikan.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ } . [التحريم : 6] .

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [Quran At-Tahrim: 6].

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ .

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ:

اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا خَيْرَ زَادٍ يُبَلِّغُ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ.

Ayyuhal mukminun,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنَ الْغِيْرَةَ مَا يُحِبُّ اللهُ وَمِنْهَا مَا يَبْغُضُ اللهُ فَالْغِيْرَةُ الَّتِيْ يُحِبُّ اللهُ الْغِيْرَةُ فِيْ الرَّيْبَةِ وَالْغِيْرَةُ الَّتِيْ يَبْغُضُ اللهُ الْغِيْرَةُ فِيْ غَيْرِ الرَّيْبَةِ

“Ada jenis cemburu yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ada pula yang dibenci-Nya. Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan yang dibenci adalah yang tidak beralasan.” (HR. al-Baihaqi).

Cemburu tatkala ada sangkaan adalah adanya dugaan keburukan. Yaitu ketika tampak tanda-tanda kerusakan dan keburukan pada sesuatu, kemudian seseorang merasa tidak suka dengan hal itu. Cemburu seperti ini terpuji. Adapun kalau tanpa alasan, cemburu yang demikian tercela.

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang sesuai dengan kecemburuan Allah Ta’ala. Yaitu cemburu ketika batasan-batasan Allah dilanggar. Seperti seseorang melakukan perbuatan keji secara zahir maupun batin.”

وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ- عَلَى إِمَامِ الأَوْلِيَاءِ وَسَيِّدِ الأَتْقِيَاءِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ، وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ، وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعًا، وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، اَللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَمْتَنَا وَزِدْنَا عِلْماً يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ .

رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَسْرَفْنَا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أَنْتَ المُقَدَّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  .

Oleh Tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4996-rasa-cemburu-yang-terpuji-dan-tercela.html